Menarik nafas untuk jangka waktu yang lumayan panjang melepaskan kepenatan hati yang
sudah lama menjadi belenggu dikalbu
menyiksa serta menjerat hatiku berhari-hari.
Awal yang tidak begitu indah sudah kumulai dengan sebuah penafsiran yang salah dari
kepribadian
Usahaku untuk mencari jutaan alasan ketika masa sebuah penegasan dihadpakan dalam
hidupku, aku terjerat.
Terjerat oleh kemelut luka yang mendalam dan sulit untuk digambarkan menjadi sebuah
kesempatan menaklukkan diri sendiri yang sudah sangat kebal dengan perlawanan.
Akan kah aku berlari,.
Berlari mengejar mimpi yang sudah menjadi boomerang dalam pikiranku.
Boomerang yang siap menusuk dan menghancurkan sisa-sisa kemegahan ku.
Sisa-sisa yang telah menjadi sangat sia-sia dianatara setumpuk bongkah kegemilangan sebuah
pemikiran sedari dulu
Aku tersesat,.
Terjerat oleh sebuah ikatan yang sudah menjadi kerikil,/
Menusuk tulangku yang sudah remuk oleh sebuah tragedy kehancuran.
Akupun menghilang,.
Diantara kesepian yang telah aku bangun sendiri menjadi sebuah dunia semu yang berantakan
oleh lumuran darah.
Kali ini ,.
Tubuhku terlalu lelah,
Terlalu letih dengan hari-hariku yang sudah menjadi kurungan besi dalam otakku.
Membuatku ingin pergi dan berteriak itu bukan aku,.
Bukan aku yang ingin melakukan itu dalam sebuah bagian baru dalam hidupku.
Bagian baru dalam hidup yang telah kulukiskan dalam sebuah kebahagiaan tanpa ada kepastian.
Kembali aku terjerat, dan kali ini benar-benar terjerat,
Dalam dilemma besar yang sudah menggulung dalam leburan ombak terdahsyat dalam
anganku.
Aku lemah dan baru menyadari kelemahanku.
Yang rapuh oleh waktu dan kekuatan pikiran yang sudah mengikat kedua kakiku untuk selalu
diam,.
Separuh hatiku kini lebur,.
Lebur dan pergi dengan harapan datangnya sang fajar mengembalikan senyum ku yang dulu,.
Arahku yang hilang ingin kutemukan,
Ku remuk memelas, terjerat dalam ketersesatan.