Salah didik mungkin jadi garis beras dari akan apa yang akan dituangkan dalam oretan ini, karena ternyata manusia itu memang telah dilahirkan berbeda kharakternya walau semua punya hak untuk bermimpi besar, namun niat dan usaha besar tidak serta merta semua memiliki dengan porsi yang sama, paling tidak itulah yang sekarang berusaha untuk kuterima walau memang tidak sepenuhnya kuiyakan benar terjadi dalam kasusku.
Dilema pahit telah menjadi sebuah batu besar yang tanpa setetes airpun berusaha untuk memecahkannya didalah hati dan menjelma menjadi sebuah duri tajam yang setiap saat selalu siap untuk melukai bagian dalam dari hati yang dibangun dalam kerapuhan dan ditempa dalam kekelaman. Aku berusaha mengerti.....
Tapi tak serta merta juga keterbelakangan ku membuatku bisa menerima keadaan sekarang yang tak akan pernah terjawab oleh apapun selain waktu dan semangatku, semangatku telah pudar bahkan hanya tersisa puing-puing kapal usang yang hanya siap diombang-ambingkan oleh angin bukan oleh ombak sementara waktu entah kapan akan datang untuk menuntaskan semua yang tersirat selama ini, semua yang katanya tidak akan pernah lekang oleh waktu mungkin ada benarnya dalam situasi ku sekarang ini. Aku terjebak.....
Dijebakan yang tidak pernah akan dilukiskan sebagai sebuah fenomena yang didramatisir oleh keadaan sekalipun mungkin sifat itu sudah ada didalam diriku jauh sebelum aku mengenal siapa aku sesungguhnya, jebakan yang teramat manis untuk diabaikan namun ternyata sangat pahit untuk digambarkan dalam sebuah skenario hidup yang mungkin benar juga kata orang. Aku tidak sendiri...
Iyaa,...mungkin tepat kalau disebut begitu, tapi seolah-olah tidak ada yang serapuh hatiku untuk diperbandingkan. Petualanganku menjadi seorang pribadi yang berusaha tegar dan menerima kenyataan hidup sudah sangat jauh mungkin sebelum aku menyadari semua yang pernah benar-benar terjadi dalam hidupku. Terjepit dalam situasi dimana aku sudah tidak sanggup membedakan siapa diriku yang dulu dan sekarang. Aku teraniaya.....
Dianiaya oleh cara hidup yang telah dengan pelan-pelan memaksaku untuk menyerah dan mengangkat bendera putih sebagai simbol “ini aku, ingin menyerah dengan segala rasa hormat atas dedikasiku”, tapi tak satupun mendengar. Aku bisu......
Tak ada suara yang dikeluarkan, dan tak ada kuping yang tepat untuk mendengarkan ketika aku menyuarakan rintihan batinku yang sudah teramat lelah dengan semuan keadaan bertahun-tahun yang menimpaku. Aku sendiri.....
Kenyataan yang selalu ingin kuabaikan dan telah menjadi ketakutan paling besarku adalah, aku tidak ingin sendiri, aku masih manusia Tuhan, bukan alien yang berusaha menjadi manusia atau manusia yang berusaha jadi jombie. Aku masih manusia....
Manusia yang haus akan pelukan dan manusia yang masih selalu rindu untuk diperhatikan. Bukan rasa sakit yang kuminta semenjak ku paham akan bagaimana caranya meminta namun hati yang sekeras baja untuk menampik semua kesakitan yang sudah dipersiapkan harus terjadi didalam semua perjalanan hidupku karena apa?. Aku berbeda...
Aku mungkin bukan manusia utuh yang tercipta sebagaimana adanya, mungkin sebagian dari diriku adalah makhluk asing dari planet lain yang ternyata memang benar Tuhan ciptakan. Dan ketika sesuatu terjadi untuk sebuah alasan, alasan apakah yang harus aku tunggu Tuhan untuk menjawab takbir kesakitan yang teramat sangat ini. Aku ingin bahagia...