15/06/13

Compulsive to give up


Salah didik mungkin jadi garis beras dari akan apa yang akan dituangkan dalam oretan ini, karena ternyata manusia itu memang telah dilahirkan berbeda kharakternya walau semua punya hak untuk bermimpi besar, namun niat dan usaha besar tidak serta merta semua memiliki dengan porsi yang sama, paling tidak itulah yang sekarang berusaha untuk kuterima walau memang tidak sepenuhnya kuiyakan benar terjadi dalam kasusku. Dilema pahit telah menjadi sebuah batu besar yang tanpa setetes airpun berusaha untuk memecahkannya didalah hati dan menjelma menjadi sebuah duri tajam yang setiap saat selalu siap untuk melukai bagian dalam dari hati yang dibangun dalam kerapuhan dan ditempa dalam kekelaman. Aku berusaha mengerti..... Tapi tak serta merta juga keterbelakangan ku membuatku bisa menerima keadaan sekarang yang tak akan pernah terjawab oleh apapun selain waktu dan semangatku, semangatku telah pudar bahkan hanya tersisa puing-puing kapal usang yang hanya siap diombang-ambingkan oleh angin bukan oleh ombak sementara waktu entah kapan akan datang untuk menuntaskan semua yang tersirat selama ini, semua yang katanya tidak akan pernah lekang oleh waktu mungkin ada benarnya dalam situasi ku sekarang ini. Aku terjebak..... Dijebakan yang tidak pernah akan dilukiskan sebagai sebuah fenomena yang didramatisir oleh keadaan sekalipun mungkin sifat itu sudah ada didalam diriku jauh sebelum aku mengenal siapa aku sesungguhnya, jebakan yang teramat manis untuk diabaikan namun ternyata sangat pahit untuk digambarkan dalam sebuah skenario hidup yang mungkin benar juga kata orang. Aku tidak sendiri... Iyaa,...mungkin tepat kalau disebut begitu, tapi seolah-olah tidak ada yang serapuh hatiku untuk diperbandingkan. Petualanganku menjadi seorang pribadi yang berusaha tegar dan menerima kenyataan hidup sudah sangat jauh mungkin sebelum aku menyadari semua yang pernah benar-benar terjadi dalam hidupku. Terjepit dalam situasi dimana aku sudah tidak sanggup membedakan siapa diriku yang dulu dan sekarang. Aku teraniaya..... Dianiaya oleh cara hidup yang telah dengan pelan-pelan memaksaku untuk menyerah dan mengangkat bendera putih sebagai simbol “ini aku, ingin menyerah dengan segala rasa hormat atas dedikasiku”, tapi tak satupun mendengar. Aku bisu...... Tak ada suara yang dikeluarkan, dan tak ada kuping yang tepat untuk mendengarkan ketika aku menyuarakan rintihan batinku yang sudah teramat lelah dengan semuan keadaan bertahun-tahun yang menimpaku. Aku sendiri..... Kenyataan yang selalu ingin kuabaikan dan telah menjadi ketakutan paling besarku adalah, aku tidak ingin sendiri, aku masih manusia Tuhan, bukan alien yang berusaha menjadi manusia atau manusia yang berusaha jadi jombie. Aku masih manusia.... Manusia yang haus akan pelukan dan manusia yang masih selalu rindu untuk diperhatikan. Bukan rasa sakit yang kuminta semenjak ku paham akan bagaimana caranya meminta namun hati yang sekeras baja untuk menampik semua kesakitan yang sudah dipersiapkan harus terjadi didalam semua perjalanan hidupku karena apa?. Aku berbeda... Aku mungkin bukan manusia utuh yang tercipta sebagaimana adanya, mungkin sebagian dari diriku adalah makhluk asing dari planet lain yang ternyata memang benar Tuhan ciptakan. Dan ketika sesuatu terjadi untuk sebuah alasan, alasan apakah yang harus aku tunggu Tuhan untuk menjawab takbir kesakitan yang teramat sangat ini. Aku ingin bahagia...

14/07/11

Suasana Baru.

Dalam perjalanan hidup seseorang ada banyak bagian yang sulit untuk dipisahkan sedari hidup itu sudah terbentuk. Bagian itu akan dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, bagian yang mendukung, menjatuhkan dan tidak berpengaruh apa-apa. Semua kesatuan ini akan menjadi sebuah kekuatan baru untuk menciptakan sebuah cakra yang sanggup menyaingi kerasnya kehidupan. Karakter ku bukan karakter yang mudah untuk dipahami karena begitulah saya telah dibentuk dalam sebuah lingkungan kekerasan yang tidak terlalu terbuka. Sadar atau tidak sadarnya hidupku sudah sangat banyak melalui sebuah ujian yang cukup pahit untuk dituliskan tapi sayang untuk ditinggalkan. Setiap kata yang keluar dari mulut selalu membutuhkan sebuah pembuktian karena jika tidak dibuktikan tidak akan ada bedanya siapapun dia itu dari seorang pembohong.

Tulisan yang tidak terlalu panjang akan menjadi panjang ketika banyak pemikiran digabungkan menjadi sebuah narasi yang tidak berlebihan tapi berantakan dalam susunan kata-kata yang memerlukan perbaikan. Tulis lah apa yang ada diotak mu sekiranya otak mu sudah tidak sanggup untuk menulis segeralah berhenti, karena akan ada bagian yang menghentikan pikiran mu dikala masa berhentinya belum tiba.

01/06/11

Tersesat,.....

Menarik nafas untuk jangka waktu yang lumayan panjang melepaskan kepenatan hati yang
sudah lama menjadi belenggu dikalbu
menyiksa serta menjerat hatiku berhari-hari.
Awal yang tidak begitu indah sudah kumulai dengan sebuah penafsiran yang salah dari
kepribadian
Usahaku untuk mencari jutaan alasan ketika masa sebuah penegasan dihadpakan dalam
hidupku, aku terjerat.
Terjerat oleh kemelut luka yang mendalam dan sulit untuk digambarkan menjadi sebuah
kesempatan menaklukkan diri sendiri yang sudah sangat kebal dengan perlawanan.
Akan kah aku berlari,.
Berlari mengejar mimpi yang sudah menjadi boomerang dalam pikiranku.
Boomerang yang siap menusuk dan menghancurkan sisa-sisa kemegahan ku.
Sisa-sisa yang telah menjadi sangat sia-sia dianatara setumpuk bongkah kegemilangan sebuah
pemikiran sedari dulu
Aku tersesat,.
Terjerat oleh sebuah ikatan yang sudah menjadi kerikil,/
Menusuk tulangku yang sudah remuk oleh sebuah tragedy kehancuran.
Akupun menghilang,.
Diantara kesepian yang telah aku bangun sendiri menjadi sebuah dunia semu yang berantakan
oleh lumuran darah.
Kali ini ,.
Tubuhku terlalu lelah,
Terlalu letih dengan hari-hariku yang sudah menjadi kurungan besi dalam otakku.
Membuatku ingin pergi dan berteriak itu bukan aku,.
Bukan aku yang ingin melakukan itu dalam sebuah bagian baru dalam hidupku.
Bagian baru dalam hidup yang telah kulukiskan dalam sebuah kebahagiaan tanpa ada kepastian.
Kembali aku terjerat, dan kali ini benar-benar terjerat,
Dalam dilemma besar yang sudah menggulung dalam leburan ombak terdahsyat dalam
anganku.
Aku lemah dan baru menyadari kelemahanku.
Yang rapuh oleh waktu dan kekuatan pikiran yang sudah mengikat kedua kakiku untuk selalu
diam,.
Separuh hatiku kini lebur,.
Lebur dan pergi dengan harapan datangnya sang fajar mengembalikan senyum ku yang dulu,.
Arahku yang hilang ingin kutemukan,
Ku remuk memelas, terjerat dalam ketersesatan.

25/04/11

Trip To Jambi.,

Sekitar pukul 4 sore dihari minggu tanggal tujuh bulan ke-6 di tahun 2010, pesawat yang saya tumpangi landing dengan selamat di kota yang akan menjadi persinggahanku berikutnya. Perasaan yang sangat luar biasa kurasakan menikmati panjangnya perjalanan hari ini, setumpuk rencana sudah ada didalam otakku mengiringi setiap detik perjalanan ku dari medan hingga sampai di kota tujuan ku. Banyak hal baru yang kulalui yang mungkin terkesan ndeso bagi siapapun yang akan mendengarnya, tapi ku berusaha serileks mungkin ketika untuk pertama kalinya dalam hidupku melangkahkan kakiku ke terminal keberangkatan Bandara Internasional Polonia Medan. Terkesan kampungan memang, tapi itulah salah satu bagian besar yang tidak mungkin akan segera bisa aku rasakan bila kesempatan besar dari perusahaan besar tersebut tidak kuterima. Mencoba untuk menjadi biasa memang terasa sulit bagi siapapun termasuk saya yang hadir dalam sebuah dunia biasa namun tetap nuansa luar biasa ada didalamnya bagi orang sepertiku. Bertahun-tahun hidup bebas di provinsi sendiri Sumatera Utara, sedari lahir kedunia dan menikmati masa-masa sekolah yang sedikit membosankan hingga kuliah dan merasakan dunia kerja yang singkat di kota Medan sudah cukup sebenarnya membuatku ingin bisa mendapatkan tantangan baru di luar daerah tempat tinggalku dibesarkan. Masa itupun tiba, jalan mendapatkan kesempatan menguji nyali pun datang dengan sebuah masa baru di sebuah kota baru yang belum ada gambaran apa-apa dibenak ku. Tapi usaha untuk mendekatkan diri dengan daerah itu sudah kucoba dari awal dengan mencari informasi terkait kota tersebut baik dari keluarga di sana ataupun informasi dari internet.

Here we go,……….
Seorang Bapak, karyawan kantor dimana tempatku akan bekerja, sudah cukup lama berdiri dengan sebuah kertas bertuliskan namaku ditangannya. Beliau yang ditugaskan untuk menjemputku hari itu, dan secara tidak langsung menjadi orang pertama yang beruntung yang aku kenal di kota ini, namanya Pak M. Sargani, sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini, sudah ada hampir 7 tahun beliau mengabdikan diri, orangnya baik dan sangat welcome terhadap ku yang banyak melontarkan pertanyaan bernada rasa penasaran dan keingintahuan, tak nampak suasana hari minggu sore itu, mungkin karena masyarakat Kristen di kota ini tidak terlalu banyak sehingga suasana keberadaan gereja tidak terlalu terasa. Kota nya tidak begitu ramai, itulah kesan pertama yang kurasakan. Angkutan umum ada juga yang melintasi jalan umum di depan Mess kantor tempat tinggal ku sementara. Suasana mess cukup ramai dengan tamu-tamu yang belum saya ketahui dengan jelas asalnya dari mana, namun pada akhirnya saya mendapatkan informasi tentang siapa mereka dan dari mana asalnya. Kebanyakan mereka adalah supir manager-manager yang sedang melakukan perjalanan dinas ke kota ini. Kota ini tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan kota tempat dimana aku tinggal sebelumnya, tapi tidak terlalu kecil juga, kesanku pertama melihat kota ini punya masa depan yang gemilang kedepan, dan masih banyak sekali kesempatan bagi kota ini untuk mensejajarkan posisi dengan provinsi-provinsi lain di Sumatera. Sangat terasa nyaman dan sejuk kala itu, tidak ada lagi hawa panas seperti yang selama ini saya rasakan tiap hari di kota Medan. Kota yang menjadi persinggahan ku untuk memulai karir baru tersebut adalah Jambi, cukup familiar karena tidak begitu sulit untuk menghafalkan provinsi dan ibukotanya waktu duduk di jaman sekolah dasar dulu. Dikota ini lah pengalamanku akan bertambah baik dari cita rasa makanan, pola bicara dan tingkah laku penduduk. Tidak begitu sulit mengerti masyarakat di kota ini, karena kemajemukan daerah ini yang sudah banyak ditempati oleh masyarakat-masyarakat pendatang. Tak banyak berita criminal atau khabar buruk terdengar dari daerah ini karena memang masyarakat disini cukup layak dikatakan baik dan ramah. Tak begitu sulit bagi ku untuk bisa membiasakan diri hidup jauh dari orang tua didaerah ini, karena memang kita diberi kesempatan untuk bisa hidup mandiri dan membangun komunitas atau pergaulan yang sehat.

“Apa dio makanan ini,…
Masalah selalu saja ada dalam memulai petualangan, dan disini makanan cukup kontras perbedaannya dengan daerah-daerah di sumatera utara, too salty, sepertinya orang Jambi sangat menyukai makanan yang asin, dilidahku sangat tidak cocok sebenarnya, tapi apa boleh buat pilihan tidak terlalu banyak selain harus menikmati dan mencoba mengalah dengan keadaan. “Kalau orang lain saja bisa, kenapa aku tidak!” , begitu pikiranku diawal-awal. Walau sampai sekarang aku tidak terlalu berhasil untuk bisa menikmati secara total semua jenis makanan di kota ini tetap saja perasaan puas dan merasa bisa bertahan selama sembilan bulan, cukuplah untuk sebuah pencapaian,. Sedikit aneh memang ketika banyak orang sangat mengagungkan makanan dan masakan khas jambi seperti mpek-mpek, tempoyak dan yang lainnya, semua jenis ini tidak terlalu bisa menyatu dengan lidahku. Hanya satu yang bisa tetap aku rindukan dari semua jenis makanan di daerah ini, dan itu adalah “Mie Celor” , cukup simple bentuknya, tapi rasanya sedikit bisa disamakan dengan pocal gomak (Spagethi batak) orang batak, walau memang bagiku tetap juara pocal gomak tersebut. Masalah harga makanan, disini cukup kompak “harganya mahal”, itu yang menjadi dilema pertama, karena akan sulit bagi seorang pria yang tidak terlalu biasa dengan dapur bisa menghemat untuk urusan makanan. Oleh karena itu, tidak heran budget bulanan untuk makan saja cukup meledak bagi anak kost seperti aku. Lucu memang, kota kecil tapi tidak disertai dengan cost yang kecil. Bila kita analysis kota ini memang terlalu focus dengan perkebunan dan pertambangan, menyebabkan lahan untuk pertanian tidak terlalu besar. Jadi sebagian besar kebutuhan pangan jambi dipasok dari luar. Pilihan pun tidak begitu banyak disini, “yah kalau mau hemat masak dewek la”, begitu orang Jambi sering mengucapkannya dengan logatnya yang sedikit lucu tapi enak didengar.

Banyak kebiasaan yang harus dibawa santai di daerah ini, termasuk kebiasaan di rumah makan, terlalu repot bagi saya ketika pramusaji di semua rumah makan harus menyajikan semua menu di meja makan, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi disini, diantaranya kemungkinan pelanggan yang lain untuk menyicipi atau sekedar menyentuh pasti ada yang mengarah pada tidak terjaminnya kebersihan makanan itu lagi. Jadi jalan keluar paling jitu bagi saya setelah beberapa hari membiasakan diri dengan kebiasaan itu namun tidak berhasil adalah kembali ke habitat awal, setiap ingin makan langsung pesan apa yang ingin saya makan.

Medan memang jagonya lah klo soal makanan,.
Banyak pilihan, aneka rasa yang tetap mengarah pada kenikmatan dan dengan kualitas makanan dan tempat yang tidak perlu diragukan. Bisa dibayangkan bagaimana serunya nongkrong di sepanjang jalan Dr. Mansyur USU yang dipadati penjaja makanan yang ringan, murah tapi nikmat. Masuk ke daerah kampus USU pun, pilihan itu semakin bervariasi, tidak akan pernah bosan dengan semua tawaran para penjaja makanan disana. Sementara kalau di daerah baruku ini, selain daerah kampus yang jauh di pinggiran kota suasana kampusnya juga tidak begitu ramai. Di lokasi lain juga tidak terlalu banyak menawarkan sesuatu yang istimewa termasuk Ancol nya jambi yang sudah bisa menjadi trademark nya jambi. Sungai batanghari yang disulap menjadi sebuah area nongkrong yang sepanjang sore sampai malam dipadati pengunjung untuks sekedar menikmati matahari terbenam atau gemercik air sungai batanghari dibawah cahaya rembulan. Tawaran jagung baker atau aneka minuman juga bisa menjadi pilihan untuk melengkapi suasana hati. Daerahnya cukup strategis di pusat pasar. Pertama kali mendengar Ancol, rasa penasaranku tidak begitu tinggi, lebih mengarah kepada lucu-lucuan teman-teman baru ku saja dikantor. Namun, tak pas rasanya jika orang jambi tidak mengetahui daerah ini. Jadi untuk lebih mematenkan status, sesekali nongkrong disana dengan teman-teman menjadi pilihan tepat untuk menghabiskan waktu. Pemandangan tidak terlalu bagus apalagi sesaat sebelum turun hujan, sungainya keruh dan berlumpur serta dipenuhi banyak sampah. Belum terlalu maksimal lokasi ini dimanfaatkan, padahal jiwa anak muda untuk menghabiskan waktu dan memiliki sarana permainan di kota ini cukup tinggi, tidak kalah la sama anak muda di medan. Singgah di sebuah kota yang menjadi daerah baru otomatis mengharuskan aku untuk mencari sebuah komnuitas masyarakat batak termasuk makananya, alhasil mencari rumah makan khusus orang Batak menjadi schedule penting yang perlu dimasukkan dalam list adaptasi. Beruntung saya mempunyai sedikit link yang bisa membantu saya mendapatkan informasi-informasi menarik yang benar-benar membantu termasuk diperkenalkan dengan orang batak yang sudah lebih dulu datang ke kota ini. Namanya andi, dialah yang mengenalkan rumah makan makanan khas batak di daerah ini, walau rasanya tidak sesempurna masakan Tesalonika atau Haleluya tetap saja rasa puas dan bangga selalu datang dikala melahap makanan tersebut. Merasa di kampung sendiri dan tidak lagi merasa sendiri Karena telah menemukan orang-orang yang minimal serumpun dengan saya.

Perjalanan pun dimulai, dunia kerja pun kumasuki dengan banyak hal perasaan bercampur jadi satu, kegundahan bahkan rasa tidak percaya diri sejalan mulai muncul menghalangi keinginanku untuk bergerak maju. Terasa sulit memang pada awalnya. Bahkan ketidaknyamanan dengan perilaku dan ketikmampuanpun mulai datang menghancurkan keinginanku untuk tinggal lama di kota ini. Kendala yang sangat fatal sebenarnya adalah ketika saya sudah tidak lagi merasa mampu dengan semua hal yang berbau perbauran dengan rekan-rekan. Usaha untuk mencari alasan yang paling tepat untuk mengindari pergolakan batin menjadi cara paling jitu namun membuatku semakin terpuruk dalam kebingungan dan ketidakperdulian. Saya ingin sekali bisa menjadi bagian dari mereka yang selalu bisa tertawa bersama membicarkan kenaikan harga cabe dan lain sebagainya. Berjalan bersama menikmati keindahan dan kelebihan yang ada di kota ini. Sebenarnya intinya ada di titik itu. Ketika siapapun sudah bisa menjadi bagian dari orang lain disaat itu juga dia akan menemukan kenyamanan yang akan mempengaruhi akan seperti apa dia kedepan. Lucu memang ketika itu, ada dorongan yang kuat dari dalam diriku yang mengharapkan saya bisa lebih besar dari apa yang saya jalani sekarang, namun kekeliruan akan penantian hari esok menjadi duri dalam dagingku yang makin hari membuatku terkurung dalam penantian panjang. Seharusnya, ungkapan mencoba dari pada tidak sama sekali seharusnya bisa menjadi jalan keluar untuk case ini. Akan tetapi tetap saja sulit dan membiarkannya menjadi sebuah cerita khusus atau mungkin bagian dari scenario perjuangan hidupku yang makin rentan dengan kerapuhan. Menjalani semuanya dengan sendiri sudah tidak asing kulakukan sepanjang hidupku, bukan karena keegoisan diriku yang tidak mau tahu dengan apa yang ada disekitarku, bahkan jikalau saja ada orang baik yang bisa menyelamatkan diriku dari kekurangan ini akan sangat muda bagiku untuk berlari menerima uluran tangannya. Namun disatu sisi keinginan besar ku untuk bangkit tidak disertai dengan action yang benar-benar real dari dalam diriku. Disinilah letak permasalahannya, semua analisa ku benar-benar terpatahkan dan tidak diterima kebenarannya. Aku pun gagal dalam hal penting ini.

Bekerja menjadi seorang pemeriksa adalah sebagian besar dari cita-citaku, namun ketidakjelasan akan apa yang akan saya kerjakan menjadi sebuah tamparan keras ketika memulai memasuki dunia yang seharusnya kumasuki di group ini. Awalnya seperti ada sesuatu yang hilang yang tadinya perlu untuk kupertahankan dalam rangka mengembangkan kemampuanku dibidang yang saya perjuangkan selama ini. Dilua dugaan memang bidang kerja yang saya gambarkan perlahan-lahan mulai surut dari benakku karena semua rutinitas yang rasanya berbeda dengan apa yang kuharapkan. Masuk dunia perkebunan dari sebuah perusahaan besar tidak serta merta membuatku nyaman dan tenang ketika semakin mengetehui apa dan bagaimana saya harus bekerja. Digabungkan dalam sebuah team kecil yang beranggotakan 3 personel ditambah 1 personel yang datang 1 bulan setelah saya. Disinilah harga diri dipertaruhkan, kepolosan dan keluguan menjadi awal dari perkenalan yang tidak begitu membuatku merasa bersalah hingga kini, karena saya tau itu semua tidak salah dan merupakan hak ku untuk menceritakan pada dunia siapa dan bagaimana saya termasuk masalah penghasilan. Sekalipun aku tidka perduli, orang-orang disekitarku tetap merasa diduakan karena masalah itu. Issue gaji memang selalu sensitive, namun bukan berarti itu menjadi satu kesempatan untuk mematahkan semangat junior yang membutuhkan panduan dan bimbingan. Panjang sudah perjalanan didunia kerja bersama dengan team yang selalu banyak menghasilkan cerita panjang dan seru, kantor terasa milik sendiri dengan semua aksi nan gila serta norak kadangkala. Tapi begitulah kami mengekspresikan gaya kebebasan tanpa ada monitor dari pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kami. Disinilah harga diri sebagai seorang professional dipertaruhkan, akan jadi apa saya nanti jikalau banyak orang yang memandang kami gila ekslusifitas namun sarat akan kritikan dan ketidakpercayaan dari siapapun yang berhasil menilai kami apa adanya. Menjatuhkan anggota team adalah pekerjaan biasa bagi seorang karyawan, tidak hanya disini sebenarnya, memang begitulah manusia. Bisa dua orang yang berbeda menceritakan keburukannya masing-masing kepada orang yang sama, hingga si pendengar pun bingung siapa yang benar dan terpaksa membuat penilaian sendiri atas dua pribadi yang unik namun berbahaya.

Keluar masuk kebun dan pabrik adalah rutinitas kami di kota ini, tak jarang dalam sebulan hanya seminggu waktu bagi kami untuk menikmati angin segar kota. Sisanya bergulat dengan waktu dan puluhan ribu hectare lahan sawit , belum lagi menghadapi orang-orang dan lokasi yang jauh dari keramaian serta jaringan. Mengikuti cara hidup orang kebun terkadang membuat saya bosan, namun tak ada alasan juga untuk sesekali menikmati perjalanan ke daerah-daerah yang berbeda penuh dengan hal-hal khusus dan unik serta rutinitas yang sifatnya memaksa mereka untuk selalu hidup dalam keteraturan. Berawal dari keberanian dan kebutuhan akan pekerjaan yang lebih memberikan penghasilan yang lebih disitulah awal dari semua perjalananku di daerah yang geliat perkembangannya mulai terasa dengan aneka ragam pembangunan dan kemajemukan masyarakat.

Tidak cukup banyak hal baik yang kudapatkan didaerah ini, tidak cukup berhasil juga saya mendapatkan tempat di hati masyarakat di kota ini hanya karena kekuranganku sering saya merasa tidak nyaman untuk tinggal lama di sini. Ada keinginan kuat dibalik pengharapan untuk segera mendapatkan sebuah pengalaman baru yang bisa memungkinkan aku untuk memulai segala sesuatunya dari awal demi memperbaiki jalan hidup yang lebih dinamis untuk dijalani. Sembilan bulan rasa-rasanya terlalu singkat untuk bisa menggambarkan bagaiman perjalanan panjang di kota ini akan dilakukan, namun tidak ada pilihan ketika sebuah jalan untuk melanjutkan perjalanan baru didaerah lain dibukakan yang nantinya akan menjadi bagian penting dari perjalanan karier ku selanjutnya. Tidak ada keinginan khusus untuk melakukan perubahan, hanya hasrat untuk berubah kearah yang lebih baik lagi menjadi sasaran pencapaian saya berikutnya. Daerah yang telah memberikan saya kesempatan untuk menelusuri setiap kabupaten/ kota di provinsi ini, walau hanya sekedar mengenali tidak berarti kurang bernilai untuk dikenang dalam kehidupan yang sifatnya sesaat saja. Kelemahan yang sering kali menjadi penghalang bagiku untuk menuai keberhasilan kedepan akan menjadi perhatian besar bagiku bagaimana jalan untuk meninggalkan semua kekurangan itu dan mengubahnya menjadi sebuah kekuatan.

Tak terasa masaku untuk segera meninggalkan kota ini akan segera tiba, walau sudah berbulan-bulan diundur dan menuai ketidakjelasan dari pihak atasan tetap juga masa itu datang dan harus dijalani. Jambi akan selalu di hati dan telah banyak kejadian yang membangun kekuatan karakter saya. Jatuh berulangkali dan hampir tidak ingat bagaimana untuk bangkit kembali sering terjadi dalam hidupku di kota ini dan itu akan tetap menjadi kenangan sekalipun pahit untuk menghitung-hitung nya. Di bandara inilah saya pertama kali mengenal Jambi, dan di bandara ini juga perpisahan itu akan terjadi. Tepat di pagi hari sekitar pukul 8.15 WIB, pesawat saya membawa saya meninggalkan kota bertuah ini. Walau tak banyak tawa yang tercipta tetap bahagia membawa segenggam kenangan yang layak untuk dibagikan pada semua orang yang menginginkan semangat untuk bertanding dalam semua kondisi dan rentang waktu yang tak bisa ditetapkan.

15/04/11

Make you feel my love,..

Lagu Rinto Harahap, yang dinyanyikan kembali Rio Febrian, salah satu penyanyi idola saya mengiringi suasana hatiku yang sedari tadi gundah, ada perasaan dalam hatiku yang benar-benar tidak karuan, berualang kali aku coba menghubungi nomor seseorang yang sudah berhasil membuat aku hampir gila karena lelah berfikir kata apa yang cocok aku utarakan ke dia. Karena tidak pantas lagi aku mengulur-ulur waktu hingga saat yang tidak bisa aku tentukan, “sekarang atau tidak sama sekali”, pikirku dalam hati. Lama aku coba hubungi cia, tetap saja dia tidak mengangkat teleponku. Alternatif lain, terpaksa aku sms.”Cia, kapan kamu tidak lagi sibuk, tolong segera hubungi, ada yang mau aku ngomongin”. Tak lama ada balasan dari cia, yang meminta untuk aku hubungin sekarang. Hampir 1 jam aku ngobrol tentang banyak hal dengan dia, dan sudah tidak terhitung lagi berapa banyak kata sayang yang keluar dari bibirku. “Cia, aku hanya mau tahu, apa kamu memiliki dan berharap juga sama seperti aku berharap bisa mendapatkan sedikit ruang di hatimu?”, sangat rapi pertanyaan itu keluar dari mulutku, walau dengan sedikit terbata-bata. Tapi tetap nuansa romantisnya tetap kuat sejalan dengan ciri khas yang sudah melekat dalam diriku. “Aku hanya ingin mendengar jawaban dari pertanyaan itu, aku tidak membutuhkan sesuatu atau lebih!”, aku coba menegaskan. Sudah cukup lama aku mencoba untuk mengartikan apa saja yang sudah kami lewati hingga aku nekat menjumpai dia ke Jakarta, semua awalnya tidak pernah terpikirkan akan seperti ini, namun apapun mungkin terjadi dan perasaan ku padanya kini telah berubah. Pada awalnya kau cukup berbangga diri dengan anggapan sesaat yang sangat kuat, dimana dia kemungkinan besar mengharapkan kehadiranku juga dalam hidupnya. Tapi ternyata kata sayang yang sering dia utarakan masih ingin dia telaah lagi, tak ada jawaban dari bibirnya menerima aku atau menolak aku. Cukup membuatku tertekan dan mencoba menerima kenyataan bahwa semuanya masih butuh waktu yang lama seperti yang dia inginkan, tapi kini keyakinkan ku sudah mulai goyah dan ingin membiarkan segala sesuatunya kembali bekerja hingga normal adanya.

Berawal dari pertemuan yang sangat tidak terduga di bulan juni, awal bagiku memulai kehidupan di kota jambi. Komunikasi yang ekstra membuat suasana nyaman diantara kami makin kuat, tak jarang dia mengeluarkan kata-kata yang bagus dan sedikit membuatku merinding, pembicaraan kami juga bukanlah obrolan yang panas yang tidak layak kami obrolkan, kadang issue yang sedang terjadi di Indonesia juga menjadi salah satu topic dikala kami sudah kehabisan akal untuk mencari topic yang pantas untuk dibahas. Aku mengenal dia sebagai orang yang baik dan berhati tulus ingin mengenalku lebih dalam, dan aku juga demikian, ingin mengenal sosok yang sampai berbulan-bulan dekat melalui suara. Bagaiman parasnya aku tidak pernah perduli ketika dia sesekali mencoba menjelaskan bagaimana tinggi, warna rambut atau betisnya, obrolan yang cukup murahan bagiku yang sering berdampak pada redupnya kedua bola mataku. Bukan tidak mungkin aku lupa akan apa yang dia utarakan tentang dia karena otak ku sudah kekuarangan oksigen yang efeknya sangat kuat sampai-sampai mataku terlelap. Itu hanya sedikit pengalaman lucu kami ketika diawal-awal perkenalan ku dengan dia.
Perempuan yang sampai berbulan-bulan mencoba kukenali dengan sungguh-sungguh yang berujung pada keingintahuan siapa dia sebenarnya yang selalu berusaha mencuri kesempatan mendengarkan suaraku mendendangkan satu bait lagu kesukaanya. Rasa penasaranku semakin memuncak takkala dia mengutarakan kata per kata yang benar-benar sejalan dengan apa yang menjadi visi dan misi ku ke depan.
Hahh,,….
Gadis yang entah darimana bisa datang tiba-tiba, kini telah merasuki sebagian hatiku yang masih gersang dan belum ingin disiram dengan air penyejuk dahaga yang dingin. Tidak jarang, aku melukai hatinya dengan perkataanku yang memang kadang lari dari batas kewajaran, tapi sekalipun demikian dia selalu mau memaafkan itu, tidak hanya sebatas dua atau tiga kali hal itu terjadi. Lucu memang jika terlalu lama dipikirkan berbulan-bulan hidup hanya berhubungan lewat suara, tanpa aku tau siapa dan darimana dia. Keinginan untuk bisa menjumpai dia selalu ada dalam setiap kesempatan, namun langkah kesana seakan berat karena banyaknya pemikiran yang sering mengganggu, yahh misalnya saja, “Apa iya, dia mau jumpa sama ku?, dan apa iya juga, dia tidak akan kecewa melihat aku seperti ini?”, ini sering jadi pernyataan yang tak terjawab dalam benakku, yang kadang aku ingin tanyakan langsung tapi kemungkinan untuk berhasil akan sulit.

Pertemanan kami yang sudah cukup lama yang terjalin baik lewat telepon namun belum bisa direalisasikan untuk jumpa, pada akhirnya memasuki titik terang yaitu mencoba kembali membahas apa yang saat ini sudah menjamur dimasyarakat dari anak kecil hingga kakek-kakek, media penghubung dan jejaring social FB. Saya tidak pernah membayangkan hidup di kota besar tapi tidak mempunyai akun nya. Bagiku lucu saja, tapi dia tetap santai dengan gayanya.”Apa sih guna FB itu?, habis-habisin waktu saja!”, katanya. Sontak aku ngakak tertawa dan berkesempatan untuk meledek dia. Yang entah dibuat-buat atau tidak, mengaku tidak memiliki akun FB. Dia tetap santai dengan semua ejekan saya, yang sebenarnya bukan mau jatuhin dia.
“Jadi gimana ni, masih mau lihat aku gak?”, aku coba pancing, siapa tau dengan itu dia bisa tertarik buka akun dia. “Ntar ja deh, aku lagi sibuk banget ni di kantor!”, jawabnya. Sontak saya terkejut dengan alasan yang dipaksa nyambung ini. “Hahh,!!, apa hubungannya buat akun dengan sibuk di kantor?, emang bikin akun FB sama rumitnya kek bikin KTP?”, pikirku dalam hati. “Yasudah, kalau kamu sibuk, biar aku yang bikinin deh!” aku coba nawarin option lain. Entah dia bingung atau hanya pura-pura bingung, cia mencoba untuk menolak dengan alasan basi. “Gak usah, aku saja ntar yang bikin, tapi belum sekarang ya”, jawabnya dengan nada sedikit serius. Aku coba menanggapi dengan suara yang sedikit memelan, “Ok, aku tunggu deh, gak masalah kalau cuman nungguin itu, lagian aku gak perduli kok sama FB mu, tapi daripada kamu mati penasaran pengen tahu siapa aku temanmu yang sudah berbulan-bulan jadi teman ngobrolmu, lihat saja akun ku, ini email ku, abc_def@yahoo.com”. Pembicaraan malam itu berakhir dengan sms terakhir email itu. Tak ada tanggapan lagi, dan akupun beranjak tidur berhubung sudah malam juga.

Seminggu setelah itu, aku tak pernah lagi mendengar khabar dari cia. Dia memang cukup aneh, selalu datang dan pergi tiba-tiba. Dan memang benar, setelah 7 hari itu dia tidak pernah kirim pesan atau hubungin aku lagi, sore itu tiba-tiba dia sms minta bantuan. “Gi, bikin email sekalian create akun FB aku dong. Terserah apa emailnya, yang penting ada dulu deh!”,benar-benar aneh memang ini cewek, pikirku dalam hati, begitupun aku tetap senang bisa bantu dia, jadi tidak sulit atau harus nunggu berjam-jam untuk membuatkan satu akun FB sama cia. Akun-nya telah jadi dan selanjutnya saya serahkan ke cia untuk melanjutkan apa yang harus dilanjutkan, namun ternyata aku cukup kecewa karena apa yang sudah kukerjakan tidak segera dia lanjutkan, buktinya sampai sekarang belum ada photo dia di akun tersebut. Hanya maaf yang selalu dia utarakan kepadaku ketika seringkali aku menanyakannya. Sebenarnya, aku tidak terlalu perduli dengan bagaimana fisik dia, karena jujur, rasa nyaman sudah jauh-jauh hari terbangun diantara kami berdua, itulah yang sering kupertanyakan kepadanya. Dan jawabannya selalu sejalan dengan apa yang kupikirkan. Karena aku yakin niat baik bisa mengalahkan semuanya untuk urusan perasaan sekalipun. Aku tetap percaya bahwa dia memang mungkin lagi sibuk, atau tidak memiliki kamera untuk mengambil gambar dia. Dan dalam cepat atau lambat, kami pasti bertemu.

Kesempatan untuk ke Jakarta pun benar-benar ada, walau tujuan utama bukan untuk menjumpai dia, tetap jadwal akan diatur dan sebisa mungkin harus bertemu. Hari itu benar-benar sesuai rencana, dan tak ada lagi yang bisa ditutupi, cia sudah lama menunggu di dalam gedung itu memperhatikan setiap lukisan yang dipajang. Aku coba hubungi untuk memastikan orang yang dihadapanku itu dia. Dan ternyata feeling ku benar, perkenalan dari awal pun terjadi dan menghabiskan sepanjang hari itu dengan dia. Rasa nyaman dengan dia semakin terasa dan aku cukup senang dia juga sepertinya merasakan apa yang kurasakan. Hari sudah malam, ketika aku harus pulang lagi ke kota ku.
“Cia, ini hari yang selalu aku tunggu, hari dimana kita bisa berbicara langsung dan saling mengejek kalau memang ada yang pantas untuk dijatuhkan. Aku senang dan sudah lama menantikan ini, tapi aku bukan orang yang dengan gamblang mengutarakan apa yang harus aku utarakan, sekalipun kita sudah sangat sering membahasnya. Aku juga tidak bisa memastikan bagaimana perasaanku saat ini, yang aku coba untuk telusuri dan mau tahu adalah, apakah kamu nyaman dengan saya?, selebihnya aku anggap hanya pelengkap. Dan semoga kita punya kesempatan dilain waktu!”.

Sebelum kakiku melangkahkan masuk kedalam bandara, satu pelukan berhasil aku dapatkan dia yang cukup membuat hatiku tenang meninggalkan dia di kota ini, dan suatu saat masih ada kesempatan untuk mengutarakan apa yang aku rasakan sebenarnya. Gadis yang dulu datang tanpa kuundang ternyata sudah mengubah perasaanku menjadi perasaan yang dipenuhi oleh warna dan rasa. Bahagia dan takut melepas dia sekalipun belum pasti jadi milikku menjadi satu kesatuan. Pikiranku makin berkecamuk hingga puluhan sms beruntun aku kirimkan dan puluhan kata maaf dan terimakasih sudah mengenal gadis baik seperti dia sudah terucap.

The End

Anda yang Ke....