30/04/09

GADISKU,.

Sepenggal kisah tentang dia sudah terlalu banyak terurai dengan sejuta kata-kata bahagia dan imaginasi yang menjadi inspirasi akan pengertianku tentang dirinya. Pertama kali mengenal dia dengan sedikit perbedaan antara dia dengan gadis-gadis lain di masaku kala itu. Di sebuah tempat, tempat dimana banyak alumni sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama bersaing demi satu tempat/kursi di tempat ini yang pasti akan banyak kenangan yang tercipta dengan kisah-kisah yang layak untuk diabadikan.
Bukan suatu kebetulan ketika mataku tertuju padanya yang sebenarnya dipisahkan oleh 2 selat pemisah di kelas itu. Awalnya tak ada yang menarik dari dia yang sampai saat ini belum bisa aku temui, bahkan ketika seseorang menanyakan tentang perasaanku datang dari mana, jawabanku pasti bagaikan puisi dengan kemubaziran kata-kata.
Dia lah dia, gadis yang telah membuatku bergumul lama dengan pikiran dan hatiku. Dia lah yang pertama memaksaku belajar untuk mencintai orang lain dengan separuh dari hatiku. Bukan karena apa, sebagian dari hatiku sudah lama diisi oleh orang-orang yang juga lebih dulu mengasihiku dan kukasihi, merekalah orangtua dan saudara-saudaraku. Tapi masih ada ruang bagi dia jikalau dulu dia mau mengisi kekosongan itu. Begitulah awalnya saya menafsirkan firasat hatiku yang memaksaku untuk selalu bertahan dengan posisiku hingga kini, yang selalu mencobaku ku untuk melupakan dia yang begitu indah untuk dilupakan. Jikalau ada pilihan untuk tidak perlu mengenal dia awalnya akan kupilih daripada hatiku terlalu lama bingung akan hatinya.
Dalam kebersamaan kami selama 3 tahun, terlalu banyak hal yang memaksaku untuk diam lebih awal daripada aku harus berteriak sia-sia pada akhirnya yang mengecewakan orang-orang yang pada awalnya hingga kini kuanggap orang-orang penting dalam hidupku. Mengalah sekalipun pedih menjadi pilihan terakhir yang sebenarnya tidak perlu aku pilih jika aku ingin, atau jika dulu dalam keluargaku ada sedikit penurunan warisan dalam hal tabiat pemain cinta oleh orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab atas diriku. Sayangnya, aku tak sempat merasakannya. Mungkin, jikalau dulu itu sempat, hati setiap orang tidak akan lagi aku perdulikan sekalipun dia itu sahabat. Semua hal itu, sedikit banyak mempengaruhi hubunganku dengan dia yang kukagumi entah oleh karena apa. Terkadang ku harus menjauh ketika banyak orang mempertanyakan kejelasan hatiku padanya yang sebenarnya tidak perlu diragukan oleh siapapun. Terjaga dari mimpi, itulah mungkin yang sering kali terjadi dalam hidupku sejak dia datang dengan tiba-tiba tampa kuundang. Persoalan antara aku dan dia sudah sangat terlalu jauh yang menyangkut hati, emosi dan jiwa yang mungkin orang berfikir terlalu sulit untuk memasuki sebuah scenario percintaan seperti yang kami miliki, antara aku dan dia, antara hatiku dengan hati yang mungkin tak akan pernah aku tahu apa didalamnya, walau kesempatranku sudah datang. Karena apa, entah karena hatinya telah terisi oleh sesuatu yang juga membuatnya hampir gila atau memang hatinya yang menyesali dan menangisi kehadiranku kala itu.
Dialah gadis pertama yang berhasil membuatku meluangkan waktuku berjam-jam memikirkan semua hal tentang dia. Dialah wanita yang berhasil membuatku hampir gila merangkai kata-kata indah yang hampir memaksaku untuk menjadi seseoarang yang romantis dalam khayalan, dan dialah perempuan yang hampir membuat hubunganku dengan semua pihak terlebih sahabat-sahabatku kasian akan nasib hatiku serta dialah satu-satunya gadis yang hampir membuatku tidak percaya akan arti sahabat.

1 komentar:

Anda yang Ke....